Dalam upaya meningkatkan kesadaran tentang prosedur kearsipan serta untuk memahami pentingnya menjaga warisan budaya Indonesia, para delegasi ASEAN dan sejumlah tokoh berkumpul dalam seminar yang bertema “Indonesian Documentary Heritages: Recalling The First Nam, To Build The World Anew And Hikayat Aceh As Mow And International Seminar On Asean’s Formation Archives” yang bertempat di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Ana Lomtadze selaku programme specialist, communications & informations of UNESCO Jakarta Office menyampaikan bahwa sangat penting bagi kita untuk memprioritaskan pelestarian warisan dokumenter jangka panjang dan berkelanjutan. Mengingat sifat warisan dokumenter yang rusak tidak selalu begitu terlihat, seperti warisan budaya tak bergerak atau karya artistik.
“Sebuah studi UNESCO Global yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 60% lembaga yang disurvei tidak memiliki rencana darurat jika terjadi bencana atau krisis. Sementara arsip, perpustakaan, dan museum telah menunjukkan ketahanan yang besar dalam beberapa tahun terakhir, walaupun masih banyak kekurangan sumber daya dan kapasitas untuk dapat merespons Krisis secara efektif. Jadi program UNESCO Memory of The World benar-benar berdiri di Garis Depan dalam mengatasi tantangan-tantangan ini melalui pengembangan kapasitas lembaga-lembaga memori tentang pengurangan risiko bencana serta membina kerja sama internasional dan mengadvokasi untuk menyelamatkan warisan dokumenter.” Ujar Ana Lomtadze
Beliau juga mengatakan bahwa dokumen historis dan artefak memberikan data berharga untuk penelitian sejarah, ilmiah, dan sosial. Oleh karena itu memprioritaskan pelestarian warisan dokumenter memastikan bahwa pengetahuan dan wawasan dari masa lalu dapat digunakan sebagai referensi dan sumber inspirasi untuk penelitian lebih lanjut. Hal ini juga meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan materi yang otentik dan mendalam bagi siswa dan peneliti.
( RLD )
Penulis : RLD
Editor : tk