08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI
Arsip, Memori dan Warisan Dokumenter Dunia Arsip, Memori dan Warisan Dokumenter Dunia Arsip, Memori dan Warisan Dokumenter Dunia

23

Nov 21

Arsip, Memori dan Warisan Dokumenter Dunia

Jakarta - 23/11/2021. Arsip, Memori dan Warisan Dokumenter Dunia menjadi topik utama dalam pembahasan SARBICA International Seminar 22nd General Conference pada hari pertama. Hadir sebagai pembicara kunci Adviser dan Chief Communication and Information at UNESCO Bangkok, Misako Ito dalam paparannya yang bertajuk UNESCO Memory of the World: Safeguarding Documentary Heritage in Asia and the Pacific menyatakan bahwa UNESCO Bangkok ingin membuka nasional register di masa mendatang. “Kami memiliki daftar Memory of the World (MoW) yang terdiri atas  warisan dunia yang memiliki dampak terhadap dunia dan juga wilayah daerah. “Kami ada register secara regional. Kami ingin kedepannya membuka register nasional. Register nasional ini  juga dibuka di beberapa negara, seperti Indonesia dan Selandia Baru,” papar Misako.

Ditambahkan oleh narasumber seminar Vice Chair MoW Committee for Asia and the Pacific, Vu Thi Minh Huong, program MoW bertujuan melindungi dari ancaman dengan tindakan yang sesuai dan menyediakan akses terhadap warisan dokumenter. Warisan dokumenter yang diakui dunia harus dilestarikan dan dilindungi oleh semua orang, serta dapat diakses tanpa kendala oleh berbagai pihak.

Sementara itu, ASEAN Cultural Heritage Digital Archives, Gladys Respatih ACHDA mengungkapkan bahwa proses digitisasi atas kekayaan budaya dilakukan dalam rangka mendukung promosi publik akan adanya kebudayaan lokal yang memiliki potensi untuk menjadi kekayaan sejarah yang mendunia.

Publik dapat mengakses ACHDA pada tautan https://heritage.asean.org di mana tersedia hasil digitisasi ratusan jenis arsip yang mengandung nilai kesejarahan yang tinggi. Beberapa kegiatan dilakukan secara berkesinambungan oleh ACHDA termasuk digitisasi, pembaruan protal dan promosi.

“Dalam proses digitisasi sendiri ada beberapa tahapan yang harus dilakukan di antaranya menyeleksi lembaga dan item yang akan didigitisasi, kedua melakukan asesmen dan digitisasi, kemudian yang terakhir menghasilkan metada dan melakukan promosi atas hasil digitisasi. Beberapa syarat item yang akan masuk dalam proses seleksi digitisasi ini termasuk lokasi, ukuran dan karakteristik,” terang Gladys.

ACHDA juga menyajikan pameran dalam bentuk e-exhibitions bertujuan untuk memberikan penampilan pameran yang menarik secara online, dengan menghadirkan cerita lokal  dalam bentuk gambar/foto, suara, dan video.

Pada webinar ini pun menghadirkan Anthony Reid dari Australian National University yang menyampaikan informasi mengenai Shared History and Documentary Heritage in Southeast Asia. Dalam paparannya, Anthony menyampaikan mengenai arsip-arsip yang ada di Asia Tenggara dan ia berharap bahwa di Asia Tenggara daper berkooperasi dan bekerja sama tentang situasi serta sejarah.

Adapun rekomendasi yang dihasilkan pada webinar hari pertama ialah bahwa organisasi kearsipan internasional memiliki kewajiban moral untuk mempublikasikan warisan dokumenter dunia kepada setiap orang dengan tetap melestarikan dan melindungi warisan tersebut dan menyediakan akses yang mudah bagi setiap orang; negara-negara diASEAN harus membuka dan membagikan sejarah dan warisan dokumenter untuk diajukan sebagai MoW, sehingga dapat dijadikan sebagai sejarah bersama berdasarkan perspektif Asia Tenggara; negara-negara di Kawasan Asia Pasifik didorong untuk mengusulkan penominasian MoW kepada UNESCO.

( tk/tr/ke/nis )


Penulis : tk/tr/ke/nis

Bagikan

Views: 1813