08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI
SIARAN PERS PEMERINTAH

12

Aug 15

SIARAN PERS PEMERINTAH

Dalam rangka penyebarluasan narasi tunggal yang disusun oleh Kemenkominfo sebagai tindak lanjut dari Inpres Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Informasi Publik. Berikut kami sampaikan siaran pers tentang (1) Revolusi Mental (2) Humas sebagai Ujung Tombak GNRM dan (3) 70 Tahun Indonesia Merdeka

Press Release 1

Revolusi Mental : Mandiri, Berkarakter dan Berdaya Saing

Jakarta -- Revolusi Mental merupakan sebuah gerakan membangun karakter bangsa yang mengubah cara pikir menjadi lebih baik, mandiri, berkarakter dan nasionalis. Dalam gagasannya, Presiden Joko Widodo menegaskan Revolusi Mental sebagai gerakan yang menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building. Gerakan ini disebut lebih manusiawi, sesuai dengan budaya nusantara, yaitu bersahaja dan berkesinambungan.

“Ini semua untuk memenuhi amanah konstitusi agar setiap rakyat Indonesia dapat mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat,” ujar Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.

Ada tiga nilai dalam gerakan Revolusi Mental, yaitu:

1. Integritas (jujur, dipercaya, berkarakter dan bertanggungjawab)

2. Kerja keras (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)

3. Gotong royong (kerjasama, solidaritas, komunal dan berorientasi pada kemaslahatan)

Strategi internalisasi ketiga nilai ini diterapkan melalui jalur birokrasi, lembaga pendidikan, kelompok masyarakat, sektor swasta, hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Sektor pendidikan misalnya, bagaimana pemerintah akan terus memperkuat kurikulum untuk membangun integritas, membentuk etos kerja, dan semangat gotong royong.

Di sektor swasta salah satunya dengan memperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Contoh lainnya yakni dengan mendukung inisiatif usaha kecil menengah dengan membuka pasar atau sentra yang menjual produk lokal yang inovatif, kreatif namun dengan harga terjangkau.

Terlepas dari semua, ketiga nilai Revolusi Mental ini sesungguhnya di beberapa daerah telah diterjemahkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi seharusnya bukan sesuatu yang sulit dilakukan. Tengok beberapa kelompok masyarakat di daerah Lampung berhasil mengembangkan energi baru dari kotoran sapi, menggantikan peran gas.

Sementara di sektor pendidikan, pemerintah mencanangkan penumbuhan budi pekerti luhur melalui serangkaian kegiatan harian yang secara periodik wajib dilakukan oleh seluruh siswa dan warga sekolah.

Beberapa kegiatan yang akan dibudayakan dalam keseharian seluruh warga sekolah adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap akan memulai pembelajaran, membaca doa secara bersama-sama setiap akan memulai dan mengakhiri pembelajaran, dan dalam periode tertentu rutin melibatkan siswa dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah untuk melihat dan memecahkan masalah-masalah nyata di lingkungan tersebut. Program ini dilakukan sebagai upaya membudayakan nilai-nilai dan karakter positif di dalam diri.

Masih banyak lagi contoh konkret lainnya yang serupa. Ini dapat menunjukkan karakter masyarakat yang inovatif, mandiri, berdaya saing, berkarakter dan bertanggungjawab.

Perubahan masyarakat memang dimulai dari diri sendiri. Revolusi Mental ini adalah tanggung jawab masing-masing namun melihatnya sebagai bangsa. (Tim PKP/@GPRIndonesia atau @bakohumas)

 

Press Release 2

Humas Pemerintah Sebagai Ujung Tombak Revolusi Mental

Dalam sebuah pertemuan tematis badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas) beberapa waktu lalu di Sumatera Selatan, sebuah permintaan sederhana, kecil dan terkesan remeh temeh dimita oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Namun, meski kecil dan sederhana, permintaan ini jelas memiliki makna dan peran yang sangat penting.

Menkominfo Rudiantara minta semua seluruh staf humas pemerintah dari Sabang dan Merauke memiliki akun media sosial. Sebuah permintaan yang mungkin bagi orang awam dinilai sangat sederhana dari seorang menteri. Namun, permintaan memiliki akun media sosial ini ternyata memiliki peran yang sangat besar. Menkominfo Rudiantara paham dan sadar bahwa pola komunikasi sekarang antara pemerintah dengan masyarakat sudah sangat jauh berkembang dan berubah, perkembangan teknologi informasi sangat pesat berkembang, masyarakat tak lagi hanya menggunakan media elektronik atau media cetak yang hanya satu arah namun sudah dua arah melalui media sosial.

Menteri Rudiantara juga meminta dengan memiliki akun di media sosial, humas pemerintah diharapkan bisa lebih aktif berkomunikasi dengan publik. Keterbukaan informasi yang melanda dalam satu dekade terakhir telah membuka keran kebebasan masyarakat untuk mengakses segala informasi yang ada. Akibatnya, pola komunikasi antara pemerintah dan masyarakat juga otomatis mengiringi. Kini masyarakat sudah tidak lagi takut untuk menyampaikan berbagai macam persoalan yang dialami. Mereka bisa langsung berinteraksi dengan pimpinan mulai dari level terendah hingga presiden. Disinilah peran strategis seorang humas pemerintah memegang peranan. Termasuk diantaranya dengan menyosialisasikan konsep revolusi mental yang menjadi program utama pemerintahan Jokowi.

Gerakan nasional revolusi mental ini harus benar-benar bisa meresap dan menginternalisasi di masyarakat. Salah satunya adalah dengan sosialisasi menyeluruh kepada publik melalui konsep Government Public Relation (GPR). Konsep ini sejatinya ingin membuat publik atau masyarakat bisa mengerti, memahami dan menyerap semua pesan dalam gerakan revolusi mental. Konsep GPR ini dilakukan dengan menyinergikan antara Kominfo dan Kementrian Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, dan Kantor Staf Kepresidenan. Sinergi lintas institusi ini diberi tugas mengolah informasi terkait gerakan nasional revolusi mental dalam bentuk agenda seting. Tujuannya adalah agar informasi yang disajikan, diberikan, disampaikan kepada masyarakat bisa semakin dimengerti,dipahami,dan diresapi.

Kita sadari bersama bahwa gerakan nasional revolusi mental harus dilakukan menyeluruh di seluruh lini kehidupan. Namun, ujung tombak dari semua itu adalah humas pemerintah. Humas pemerintah dituntut untuk bisa menyampaikan apa inti dari konsep revolusi mental dengan cara yang bisa dimengerti, dipahami,dan diresapi. Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh setiap staf humas pemerintah.

AAGN Ari Dwipayana, Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik dan Kelembagaan Kementrian Sekretariat negara setidaknya melihat dua tantangan besar dalam kerja humas pemerintah untuk menyukseskan gerakan nasional revolusi mental. Pertama, transformasi media. Kita ketahui bersama bahwa zaman sekarang saluran media sangat beragam. Tak hanya media cetak maupun elektronik, tapi juga media online dan media sosial. Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi ini jelas menjadi tantangan bagi humas pemerintah. Kedua, transparansi publik. Bentuknya yaitu tuntutan standarisasi yang tinggi dari masyarakat terkait layanan pemerintah. Semakin bagus pemerintah melayani masyarakat, semakin bagus pula citra pemerintah di mata masyarakat. Jika citranya bagus, program apapun akan mudah diterapkan pada masyarakat. Selanjutnya adalah tuntutan agar masyarakat dimudahkan untuk berdialog dengan pemerintah. Jika ini berhasil dilakukan, maka pemerintah dinilai mempunyai kedekatan dengan rakyatnya.

Jika semua itu bisa dilakukan, gerakan nasional revolusi mental tak hanya indah di atas kertas, tapi indah dalam praktek di lapangan. Dan, itu semua tergantung dari kerja seorang humas pemerintah sebagai ujung tombak pemerintah melancarkan serangan revolusi mental. (Tim PKP/@GPRIndonesia atau @bakohumas)

 

Press Release 3

Gerakan Nasional “Ayo Kerja” Pada 70 Tahun Indonesia Merdeka

Indonesia kini berusia Tujuh Puluh tahun merdeka. Ini momentum jembatan emas dalam mewujudkan semua harapan berbangsa dan bernegara, yakni: memiliki Indonesia yang “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Harapan itu hanya bisa dicapai dengan kerja. Hanya melalui kerja sebuah bangsa akan meraih kemakmuran dan kejayaannya. Kerja disini haruslah dengan keinsyafan akan kekuatan dari Persatuan Indonesia. Kerja yang dilakukan dengan gotong royong. Ini bukan semata urusan rakyat, tapi para pemimpin-pun harus memberi contoh bergotong royong dalam kerja.

Gotong-royong dalam kerja menjadi jiwa gerakan perayaan 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Melalui Gerakan Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka, yang dicanangkan tepat di Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang ini, Presiden Joko Widodo bertekad menjadikannya sebagai titik tolak mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia dengan gotong royong.

Presiden Joko Widodo ingin menggunakan momentum perayaan 70 tahun Indonesia merdeka untuk memperbarui tekad dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat Indonesia. Harapan dari segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Dengan keinsyafan itulah, dari Nol Kilometer Indonesia ini Presiden Joko Widodo

menyerukan: Ayo Kerja! Ayo Kerja! Ayo Kerja! Presiden Joko Widodo mengajak

kerja bersama-sama untuk membuat harapan rakyat itu bisa terwujud. Gerakan

“Ayo Kerja” ini merupakan satu langkah besar mewujudkan impian Indonesia

Merdeka dalam arti sesungguhnya.

Ayo kerja bukanlah slogan semata melainkan sebuah pergerakan. Presiden Joko

Widodo memiliki keyakinan pergerakan yang ingin dibangun adalah menjebol mentalitas bangsa yang berada dalam keterjajahan, ketertindasan, ketidakadilan, ketidak merdekaan serta membangun mentalitas baru sebagai bangsa yang merdeka 100 persen. Itulah makna mendasar dari revolusi mental.

Ayo Kerja! Sesungguhnya adalah perwujudan praktis dari gerakan revolusi

Mental. Targetnya bukan semata untuk rakyat namun harus menjangkau dan mengikat para penyelenggara negara. Mereka memiliki tanggung jawab moral maupun konstitusional untuk bekerja jujur, tanpa pamrih, melayani rakyat secara paripurna.

Gerakan Nasional “Ayo Kerja” tidak ingin berhenti pada slogan ataupun perayaan semata, tapi gerakan nyata yang membangkitkan semangat rakyat dalam mewujudkan impian Indonesia Merdeka. Gerakan ini mendorong partisipasi masyarakat untuk terlibat, turun tangan secara bersama-sama mewujudkan impiannya.

Dalam pencanangan, Presiden Joko Widodo menyaksikan pembacaan impian Indonesia 70 Tahun ke depan dari salah seorang perwakilan anak bangsa diujung paling barat Indonesia. Penulisan impian anak bangsa itu akan disimpan secara rapi dalam “Kapsul Waktu”.

Membayangkan Indonesia 70 Tahun ke depan di harapkan bergulir di seluruh pelosok Indonesia: mulai dari desa-desa di pedalaman, kampung-kampung pesisir sampai dengan di kota-kota. Impian seluruh rakyat Indonesia dari 34 Provinsi akan disimpan dalam “Kapsul Waktu” yang rencananya perjalanannya berakhir di Provinsi Papua, tepatnya di ujung timur Indonesia, Merauke.

Informasi lebih lanjut mengenai pelaksanaan perayaan ulang tahun kemerdekaan RI ke 70 dapat melalui www.setneg.go.id (Tim PKP/twitter : @GPRindonesia atau @bakohumas)


Bagikan

Views: 2794