Jakarta - 17/01/25, Partai Komunis Indonesia (PKI), Central Intelligence Agency (CIA), dan Jepang menjadi pembahasan yang menarik dalam acara Ekspose Penerbitan Sumber Arsip PKI dari Tiga Negara: Indonesia, Amerika Serikat dan Jepang yang diselenggarakan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Ruang Serbaguna Noerhadi Magetsari.
Acara dihadiri Deputi Bidang Penyelamatan, Pelestarian, dan Pelindungan Arsip, Kandar dan diisi narasumber Asvi Warman Adam serta Bondan Kanumoyoso. Arsiparis ANRI, Muhamad Tris Hadi Pratama menjadi moderator yang memandu jalannya acara. Kandar menyampaikan bahwa sumber arsip tentang PKI saat ini belum lengkap dan risetnya masih sangat terbatas, sehingga masukan dari berbagai pihak akan melengkapi sumber arsip yang akan diterbitkan ANRI. “Sumber arsip PKI ini menarik, konten arsip seputar PKI sudah ada termasuk wawancara sejarah lisan, sejak tahun 1970-an ada 73 tokoh yang diwawancarai yang menyinggung peristiwa 1926, 1948 dan 1965, seperti Muhammad Hatta, tokoh dari Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), tahanan politik (tapol) dan Gerakan Wanita (Gerwani). Sesuai Tap MPRS nomor 25 tahun 1966 pasal 3, universitas atau periset boleh melakukan riset namun tidak boleh menyebarkan paham komunisme, marxisme dan leninisme,” terangnya.
Sementara dalam paparannya, Sejarawan, Asvi Warman Adam mengungkapkan bahwa gerakan 30 September (G30S) bukan semata-mata tentang PKI saja, tapi berpuncak pada peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September tahun 1965. “Karena arsipnya bukan hanya arsip PKI, karena mengandung arsip dari Indonesia yaitu ANRI, arsip dari NARA (Amerika Serikat) dan arsip Ratna Sari Dewi Sukarno (Jepang). Surat Sukarno kepada Dewi sama sekali tidak menyinggung tentang PKI, tapi menceritakan apa yang terjadi pada 30 September. Naskah sumber arsip ini bisa menjadi acuan dan informasi bagi arsiparis, peneliti, dan Masyarakat tentang arsip PKI dan G30S, sehingga bukan arsip yang sama sekali tertutup. Sebagian bisa dibuka meskipun masih ada yang tertutup,” jelasnya.
Lebih lanjut narasumber lainnya, Bondan Kanumoyoso menjelaskan ada banyak teori tentang dalang utama G30S yang berkembang saat ini, yakni PKI, Soeharto, konflik internal Angkatan Darat, keterlibatan CIA dan Barat, kegagalan operasi internal PKI, hingga teori multikausal. “Hingga hari ini dengan adanya pelarangan ideologi komunis, peneliti tetap bisa melakukan riset memanfaatkan arsip yang dimiliki ANRI, mulai dari Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966, propaganda lewat narasi media massa seperti film pengkhianatan G30S. Penghilangan peran PKI dalam sejarah Indonesia akan menimbulkan kehampaan dan banyak hal yang perlu diklarifikasi,” lanjutnya.
Selain itu, di sela-sela acra ekspose juga dilakukan prosesi penyerahan arsip statis tematik penanganan Covid-19 secara simbolis dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) kepada ANRI. Selain itu, diserahkan pula piagam penghargaan dari ANRI kepada Kementerian PANRB atas peran sertanya dalam penyelamatan dan pelestarian arsip statis penanganan Covid-19.
( tr )
Foto : Biro Hukum, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Penulis : tr
Editor : tk