08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI

MENELUSURI JEJAK ARSIP PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID

MENELUSURI JEJAK ARSIP PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID

17

Mar 17

MENELUSURI JEJAK ARSIP PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID

Siapa tak kenal Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940  dan wafat di Jakarta, 30 Desember 2009 pada usia 69 tahun. Beliau adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001 menggantikan Presiden B.J. Habibie. Gus Dur dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional.

Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Beliau adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama (NU) dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia dikenal sebagai sosok yang unik karena dalam dirinya melekat berbagai predikat, baik sebagai pemimpin ormas terbesar, pejuang demokrasi, tokoh intelektual papan atas, tokoh LSM, tokoh pluralisme, maupun sebagai tokoh agama (kiai).

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian dengan salah satu tupoksinya, yaitu melestarikan memori kolektif bangsa, terlebih memori para Presiden RI sangatlah berkepentingan untuk menyelamatkan arsip Gus Dur tersebut. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan bahwa kegiatan akuisisi arsip perorangan, pemerintah, perusahaan, serta organisasi massa/politik yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa/bernegara adalah kewajiban ANRI.

Dalam hal ini kegiatan dilakukan melalui wawancara sejarah lisan dengan orang dekat dan akuisisi arsip tokoh. Kedua tugas tersebut dilakukan oleh Subdirektorat Akuisisi III Direktorat Akuisisi.  Hingga saaat ini beberapa kegiatan telah dilakukan, yaitu:

 

1.      Wawancara Ibu Sinta Nuriyah

Ibu Sinta Nuriyah Wahid dilahirkan di Jombang, 8 Maret 1948. Beliau adalah istri dari Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid. Dalam wawancaranya Ibu Sinta sempat menceritakan seputar kisah cintanya dengan Gus Dur bahwa Ia sebenarnya sudah dilamar oleh Gus Dur sebagai istri saat masih berumur 13 tahun, namun baru diwujudkan kemudian pada pernikahan 11 September 1971.  Beliau juga menunjukkan sebuah buku yang di balik covernya terdapat tulisan with love. Buku ini dikirim oleh Gus Dur sejak Beliau berkuliah di Mesir. Beliau. Ibu Sinta saat ini masih aktif di antaranya sebagai Ketua Yayasan Puan Amal Hayati dan Pelapor Khusus untuk Komnas Perempuan.

 

2.      Wawancara Bapak Umar Wahid

Selama menjalankan tugasnya sebagai Presiden RI, Pemerintah membentuk tim dokter kepresidenan. Saat masa Presiden Abdurrahman Wahid yang menjadi Ketua Tim Dokter Kepresidenan adalah Dr. Umar Wahid. Beliau merupakan adik kandung dari Presiden. Bahkan ia telah merawat Presiden Sejak sebelum menjadi Presiden. Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Kesehatan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA).

 

3.      Akuisisi arsip foto kenegaraan

Foto-foto kenegaraan yang berjumlah 180 album tersebut, diakuisisi dari kediaman Gus Dur di Ciganjur. Foto-foto tersebut mempunyai periode 1999-2001 dengan kegiatan antara lain kunjungan dalam negeri, luar negeri dan kegiatan keluarga saat menjadi Presiden.

 

4.      Monitoring ke Pojok Gus Dur

Pojok Gus Dur terletak di Lantai 1 Gedung PBNU Jakarta Jl. Kramat Raya No.164.  Pojok ini terdiri dari Situs Sejarah Ruang Kerja Gus Dur,  Ruang Diskusi GUSDURian,  Koleksi Buku, Tulisan, Foto-foto hingga Kaset Musik Favorit Gus Dur. Pojok yang dikelola oleh Prawito dan Sobari ini juga menyimpan kaset-kaset ceramah Gus Dur yang direkam sendiri oleh Gus Dur saat Beliau ceramah. Kaset tersebuit berjumlah sekitar 400 buah serta 20 video, yang rencananya akan diakuisisi setelah digitalisasi foto-foto kenegaraan.

    Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk mendokumentasikan arsip-arsip Kepresidenan tersebut, tentu ANRI tidak sendiri, namun perlu bantuan dan keseriusan berbagai pihak, terutama juga kepercayaan keluarga para tokoh untuk menyelamatkan arsipnya di ANRI. Hal ini terlihat dari semangat dan antusiasme keluarga Gus Dur untuk terselamatkannya arsip tersebut sangat tinggi. Hal tersebut dapat dijadikan contoh dan tauladan, bagi keluarga tokoh-tokoh lainnya di kemudian hari. Semoga ke depaanya, akan terselamatkan pula arsip-arsip dari tokoh-tokoh  lainnya. (agg)


Bagikan

Views: 2787