08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI

Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW

Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW

28

Apr 23

Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai MOW

Jakarta - 28/04/23, Memperingati Hari Kartini yang jatuh pada 21 April lalu, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyelenggarakan webinar kearsipan “Menggali Nilai Signifikansi Universal Arsip Kartini dan Perjuangan Kesetaraan Gender sebagai Memory of the World (MOW)” yang diikuti komunitas kearsipan. Acara diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom cloud meeting dan siaran langsung YouTube serta secara luring di Ruang Serbaguna Noerhadi Magetsari, Gedung C lantai 2, ANRI.

Kepala ANRI, Imam Gunarto dalam sambutannya menyampaikan bahwa secara internasional warisan dokumen tentang gender baru sekitar 5% dari seluruh koleksi MoW yang sudah diregistrasi UNESCO, sehingga arsip gender juga menjadi program prioritas UNESCO. Ditambahkan olehnya, arsip Kartini dan perjuangan gender di Indonesia tidak hanya berdampak secara nasional, tetapi juga berdampak secara internasional di mana tokoh-tokoh perempuan hebat Indonesia banyak menginspirasi dunia. “Oleh karena itu, sebagai salah satu prioritas global UNESCO, kesetaraan gender perlu untuk diintegrasikan di semua program, proses dan kebijakan organisasi melalui dua pendekatan: pengarusutamaan gender dan inisiatif khusus gender. Kurangnya perspektif kesetaraan gender menyebabkan banyak kontribusi perempuan bagi sejarah dunia tidak diakui dengan tepat,” terangnya.

Pada webinar ini turut hadir sebagai narasumber, Kepala Harian Komite Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU), Itje Chodidjah, Duta Arsip, Rieke Diah Pitaloka, Sekretaris Utama ANRI, Rini Agustiani, dan Pakar Militer dan Pertahanan, Connie R. Bakrie. Adapun berperan sebagai moderator ialah Arsiparis Muda ANRI, Octavia Syafarwati.

Pada kesempatan ini Itje Chodidjah membahas salah satu program prioritas global UNESCO, yakni MOW yang mendokumentasikan arsip tertentu yang mengandung nilai signifikansi yang tinggi. Ia mengatakan bahwa arsip Kartini atau arsip kesetaraan gender layak menjadi MoW karena adanya dokumentasi perjuangan di dalamnya.

Sementara itu, Rini Agustiani menyampaikan bahwa jika tidak ada arsip maka tidak ada sejarah, hal tersebut menjadikan arsip terkait perjuangan perempuan Indonesia, salah satunya ialah perjuangan Kartini sedang diusulkan sebagai warisan dokumenter sebagai MoW. “Peran Kartini telah membawa transformasi, sehingga para perempuan saat ini dapat bebas berekspresi dan dilihat sebagai manusia seutuhnya,” jelas Rini.

Pada sesi diskusi, Connie R. Bakrie juga turut memaparkan bahwa peran gender terbentuk oleh konstruksi sosial budaya yang dipengaruhi masyarakat dan dapat berubah dipengaruhi zaman. Jika dahulu Kartini memperjuangkan kesetaraan gender yang saat ini sudah dapat kita nikmati, “Kartini modern” juga tidak luput dari perjuangan dan tantangan; stereotipe, penomorduaan, marginalisasi, beban ganda dan kekerasan agar perempuan mendapatkan haknya.

Pada kesempatan yang sama, Rieke Diah Pitaloka mengungkapkan rasa terima kasihnya atas jasa-jasa perjuangan Kartini dan seluruh perempuan yang telah berjuang sampai saat ini, sehingga memberikan pengaruh yang luar biasa yakni kita dapat bergandengan tangan menyingkirkan diskriminasi terhadap para perempuan, menghargai dan memandang sama rata antara perempuan dan laki-laki. Baginya, Kartini ialah walking archive, karena semangat Kartini menggulir mejadi semangat yang besar, sehingga perempuan dan laki-laki tidak dipisah-pisahkan. (AL)

 


Penulis : AL
Editor : tk

Bagikan

Views: 832