Jakarta - 04/12/2024, Sejarawan, Erwin Kusuma membahas salah satu momen penting sejarah Indonesia, yaitu pengunduran diri Bung Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia dalam acara Topik Seputar Cerita Presiden Terdahulu (TOP SECRET) yang ditayangkan secara daring pada saluran akun YouTube Arsi Nasional RI. Dijelaskan olehnya, keputusan Bung Hatta untuk mundur dipengaruhi perbedaan pandangan dengan Presiden Sukarno terkait sistem pemerintahan. Bung Hatta yang dikenal sebagai pendukung sistem demokrasi parlementer, memiliki perbedaan prinsip dengan Sukarno yang mengusung konsep demokrasi terpimpin.
“Bung Hatta sudah melihat bahwa Sukarno hubungannya secara politik atau secara pengelolaan negara sudah sangat berbeda dengan komitmen Presiden dan Wakil Presiden di tahun 45 sampai 49. Jadi konsep - konsep dwitunggal itu sudah tidak sejalan dengan pemikiran Bung Hatta,” ujar Erwin.
Erwin Kusuma juga mengungkapkan bahwa pada 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden, karena merasa tidak sejalan dengan sistem konstitusional yang mengatur peran wakil presiden pada masa itu. Ia menganggap bahwa sistem parlementer yang lebih menekankan peran Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan membuat posisinya sebagai wakil presiden tidak efektif dan terbatas. Selain itu, Hatta juga merasa tidak mampu menghentikan praktik korupsi dalam pemerintahan yang semakin merajalela.
Mundurnya Bung Hatta berdampak besar pada pemerintahan Indonesia, terutama dalam menjaga kesetiaan wilayah Indonesia Timur, yang sebelumnya dikelola dengan baik oleh Hatta. Selain itu, pengunduran dirinya juga mengakhiri Dwi Tunggal yang sebelumnya menjadi simbol persatuan antara Sukarno dan Hatta. Pascapengunduran diri Hatta, Sukarno harus melanjutkan pemerintahan tanpa wakil presiden yang mengarah pada dominasi politik Sukarno dan kebijakan yang lebih sentralistik.
Melalui TOP SECRET ini publilik dapat mengambil pelajaran yakni pentingnya membedakan peran pemimpin negara dan pemimpin bangsa. Pemimpin negara harus menjalankan tugas sesuai dengan konstitusi. Sementara pemimpin bangsa memberi teladan moral dan etika politik yang lebih luas. Bung Hatta menunjukkan bahwa meskipun tidak lagi berada dalam pemerintahan, kontribusi yang diberikan tetap besar dan bernilai bagi perjalanan bangsa. Keputusan Hatta untuk mundur menjadi pengingat pentingnya integritas, amanah, dan tanggung jawab dalam memimpin, baik di pemerintahan maupun dalam membimbing bangsa Indonesia.
( ev/rba )
Foto : Humas ANRI
Penulis : ev/rba
Editor : tk