Sarana
Mode Suara
Perbesar Text
Perkecil Text
Skala Abu-abu
Warna
Klise
Penerangan
Garis Bawahi Tautan
Pertegas Text
Atur Ulang
08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI

Pagelaran Wayang Kulit "Mbangun Pura Kencana": Gambaran Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa

Pagelaran Wayang Kulit "Mbangun Pura Kencana": Gambaran Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa

20

Dec 24

Pagelaran Wayang Kulit "Mbangun Pura Kencana": Gambaran Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa

Jakarta - 20/12/24, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit "Mbangun Pura Kencana" dalam rangka memperingati Hari Korps Pegawai Republik Indonesia yang ke-53. Acara ini diselenggarakan pada Jumat, 20 Desember 2024 di halaman depan Gedung A ANRI, Jalan Ampera Raya Nomor 7, Cilandak Timur, Jakarta.

Dalam sambutannya, Pelaksana Tugas Kepala ANRI, Imam Gunarto, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tamu undangan, mitra, sponsor, dan masyarakat penggemar kesenian wayang. Imam menjelaskan bahwa judul Mbangun Pura Kencana selaras dengan tugas ANRI untuk membangun Memori Kolektif Bangsa dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045.

Pagelaran wayang ini dibuka oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Rini Widyantini. Dalam arahannya, Rini menyampaikan harapan agar peresmian Working Space Arsiparis Indonesia dapat meningkatkan kompetensi Arsiparis Indonesia terutama dalam kapasitas digital. Diharapkan agar peresmian gedung baru tersebut dapat menjadi pusat inovasi kearsipan yang mendukung visi misi pemerintah. Menteri PANRB kemudian menandatangani prasasti peresmian Working Space Arsiparis dan menyerahkan Tokoh Wayang Wisanggeni dan salinan sertifikat Intangible Cultural Heritage Wayang UNESCO kepada dalang Ki Anom Suroto didampingi Ki MPP Bayu Aji.

Lakon Mbangun Pura Kencana merupakan cerita karya Ki H Anom Suroto yang diambil dari kisah Mahabarata. Pascaperistiwa Bale Sigala-Gala (Waranawata) Pandawa, yaitu Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa; diberikan tanah Wanamarta oleh Destrarasta (Paman Pandawa) yang kemudian dibangun menjadi kerajaan yang besar yang bernama Kerajaan Amarta atau Indraprasta.  

Guna mengenang masa-masa prihatin dan cobaan yang silih berganti terutama karena kejahatan Korawa, Pandawa berniat membangun Pura Kencana. Pura Kencana yang dimaknai sebagai tempat yang penuh kedamaian, kemakmuran, dan menyatunya antara Pemimpin dan Rakyat dengan membangun, menjaga, dan mengisi tempat tersebut dengan kebaikan yang penuh kebersamaan.

Pembangunan Pura Kencana dilakukan bersama-sama antara kaum pemuda dan kaum tua. Kaum pemuda adalah para putra Pandawa yang ditunjuk untuk membangun Pura Kencana, yaitu: Wisanggeni dan Abimanyu (putra Arjuna), serta Gatutkaca dan Antaseno (putra Bima). Sedangkan tokoh tua lintas generasi adalah Hanoman. Sebagai persyaratan mbangun Pura Kencana, meliputi:

1. Kayu Jati Wulung,

2. Wedi Malelo,

3. Ditunggu Batari Sri, Dewi Kemakmuran,

4. Pemasangan batu pertama oleh Hanoman.

Keempat persyaratan tersebut mempunyai makna Pembangunan Pura Kencana harus diawali dengan niat yang baik (Kayu Jati Wulung) bersama semua rakyat, manunggaling Kawula Gusti (Wedi Malelo). Pembangunan harus memikirkan kesejahteraan bersama dilambangkan sebagai Batari Sri, Dewi Kemakmuran. Hanoman yang memasang batu pertama, maknanya kerja sama antara generasi muda dan orang tua yang diwakili oleh Hanoman (tokoh suci dan lambang kejujuran) sebagai tokoh tua hingga lintas generasi (yang berasal dari cerita Ramayana).

Semua persyaratan dapat terpenuhi, walaupun dalam proses pembangunan Pura Kencana tersebut banyak hambatan dari orang-orang jahat termasuk dari para Korawa. Atas kerja sama dan gotong royong yang sangat baik antara para tokoh tua dan pemuda serta rakyat, akhirnya Pura Kencana berhasil dibangun dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Amarta, dengan penuh kebahagiaan bersama.

Dalam konteks saat ini, khususnya di bidang kearsipan, Pura Kencana merupakan gambaran Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa. Memori yang berasal dari individu dan organisasi yang mempunyai karakter, identitas, dan jati diri bangsa yang berguna untuk membantu masyarakat secara bersama-sama dalam merawat solidaritas dan komunikasi sosial demi keutuhan suatu bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

( TNH )


Foto : Direktorat Pelestarian dan Pelindungan Arsip
Penulis : TNH
Editor : sa

Bagikan

Views: 22