08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI
SOFT LAUNCHING ARSIP FOTO GUS DUR

24

Jul 19

SOFT LAUNCHING ARSIP FOTO GUS DUR

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menggelar Soft Launching Arsip Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Acara soft launching dilaksanakan di Gedung ANRI, Ampera Raya Jakarta, 24 Juli 2019. Pada kesempatan ini, hadir istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.   Acara Soft Launching Arsip Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dibuka oleh Plt. Kepala ANRI, M. Taufik.
 
Dalam sambutannya M. Taufik menyampaikan konsep terkait dimensi kearsipan. “Arsip itu secara teori dan konsep ada tiga dimensi, yang pertama adalah dimensi masa lalu. Seorang Gus Dur punya masa lalu. Dibalik masa lalu, masa kini, yaitu arsip foto itu bisa berbunyi, ada korelasi tidak dengan masa kini. Dimensi ketiga adalah future (masa depan), visioner yang harus dipelajari dari seorang Gus Dur”, jelas M. Taufik.
 
Lebih lanjut M. Taufik menambahkan bahwa Gus Dur yang dikenal dengan slogan “Gitu, Aja Koq Repot” memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan proses demokrasi di Indonesia. Diharapkan dengan adanya  Daftar Arsip Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dapat menjadi pembelajaran berharga bagi generasi mendatang.
 
M. Taufik mengucapkan terima kasih yang sebesarnya-besar kepada Sinta Nuriyah Wahid yang telah hadir pada acara soft launching. “Atas nama lembaga ini dan komunitas kearsipan, Ibu sudah dua kali ke sini (ANRI), menunjukkan komitmen Ibu terhadap peran serta di negeri ini melalui arsip”, tutur M. Taufik.
 
Sementara itu, Sinta Nuriyah Wahid sangat mengapresiasi atas terselenggaranya acara soft launching tersebut. “Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah melakukan Soft Launching Arsip Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang keempat. Tugas ini memang sangat-sangat berat, karena harus dilaksanakan tidak dalam waktu singkat tetapi dalam waktu yang lama dengan segala kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi”, tutur perempuan yang saat ini masih terus memperjuangkan hak-hak perempuan.
 
Menurut Sinta Nuriyah Wahid, foto adalah barang mati, yang tidak bisa bercerita tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan semua narasi yang informatif agar foto itu bisa menjadi hidup dan bercerita kepada orang banyak tentang apa yang telah terjadi dalam foto itu, kapan terjadinya, ada dimana dan apa saja yang dibicarakan dalam foto itu. “Apakah foto itu bercerita dan berbicara tentang ide-ide yang bagus, tentang masalah-masalah kenegaraan atau segala sesuatu tentang kemanusiaan, itu semua bisa diketahui kalau ada pengarsipan yang baik,” tutur Sinta Nuriyah Wahid”, jelasnya. Sinta menambahkan dengan adanya pengarsipan yang baik hal itu akan menjadi bahan penelitian, pelajaran, atau diambil ide-ide cemerlang dari sebuah foto. “manfaatnya tidak hanya sekarang, tetapi untuk generasi penerus yang akan datang”, tambahnya.
 
Daftar Arsip Statis Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Tahun 1999 merupakan salah satu sarana bantu temu balik arsip statis foto Gus Dur yang tersimpan di ANRI. Daftar arsip ini terdiri atas Gambaran Umum, Uraian Informasi, dan lampiran yang memuat indeks (nama, masalah, tempat) dan daftar singkatan. Pengaturan informasi arsip dalam Daftar Arsip Statis  ini disusun berdasarkan urutan kronologis dengan mengacu pada nomor album foto yang diserahkan oleh pihak keluarga Gus Dur. Daftar Arsip Statis ini memuat 2.350 foto master (foto positif).
 
Daftar Arsip Statis Foto KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berjumlah 26 album foto, dengan rincian sebagai berikut: series  Pelantikan Kabinet Persatuan Nasional diantaranya pelantikan Presiden, Wakil Presiden dan Menteri Kabinet, yakni nomor arsip dari 0001 s/d 0245. Series Kunjungan Tamu Negara diantaranya Tamu dari Dalam Negeri dan Luar Negeri, yakni nomor arsip dari 0246 s/d 0402. Series Kunjungan Kerja Presiden diantaranya Dalam Negeri dan Luar Negeri, yakni nomor arsip dari 0403 s/d 2.233. Series Acara Keluarga diantaranya Acara Keagamaan dan Acara Ulang Tahun, yakni nomor arsip dari 2.234 s/d 2.350.
 
Khazanah arsip foto Gus Dur yang tersimpan di Arsip Nasional RI (ANRI) merupakan hasil akuisisi/penyelamatan arsip dari pihak keluarga Gus Dur  yang diwakili oleh istri dari Gus Dur yaitu Ibu Hj. Sinta Nuriyah Wahid. Beliau menyerahkan secara langsung arsip-arsip  Gus Dur kepada Kepala ANRI, Mustari Irawan, pada 2 Agustus 2017. Arsip-arsip yang diserahkan sebanyak 180 album foto dengan jumlah 14.116 lembar, meliputi arsip foto berwarna, kondisi baik dan beridentitas.
 
Sebagian besar arsip foto Gus Dur merupakan foto-foto peristiwa atau kegiatan politik yang meliputi pengangkatan dan pengambilan sumpah atau janji sebagai Presiden keempat RI, foto hasil sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), foto mengenai kunjungan kerja kepresidenan dalam dan luar negeri dan foto acara keagamaan. Selain itu, terdapat pula foto koleksi keluarga yang dibuat pada masa pemerintahan Presiden KH. Abdurrahman Wahid pada tahun 1999 sampai dengan 2003.
 
Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, pria kelahiran kota Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940  dan wafat di Jakarta, 30 Desember 2009 pada usia 69 tahun. Pengalaman organisasi beliau adalah mantan ketua Tanfidziyah (Badan Eksekutif) Nahdlatul Ulama (NU) dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).  Gus Dur dikenal sebagai sosok yang unik karena dalam dirinya melekat berbagai predikat, baik sebagai pemimpin organisasi massa terbesar, pejuang demokrasi, tokoh intelektual papan atas, tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh pluralisme, maupun sebagai tokoh agama (Kiai).
 
Gus Dur adalah seorang tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia  keempat yaitu periode 1999 hingga 2001, yaitu Presiden yang menggantikan Presiden B.J. Habibie. Gus Dur dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu tahun 1999. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, Gus Dur dibantu oleh para Menteri yang tergabung dalam Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. (is)

Bagikan

Views: 824