08.00 WIB - 15.00 WIB
Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta
Logo ANRI

Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh

Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh

29

Jul 23

Tim BAST bersama Peneliti dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Universitas Negeri Malang Telusur Jejak Portugis di Aceh

Aceh - 29/07/23 - Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bersama dengan Prof. Vitor Rui Gomes Teixeira dari University Fernando Pessoa Porto Portugal dan Dr. Daya Negeri Wijaya dari Universitas Negeri Malang melakukan penelusuran jejak-jejak Portugis di Aceh Jaya, Aceh Besar dan Banda Aceh yang diketahui merupakan wilayah dimana Portugis melakukan pelayaran serta domisili di Aceh pada abad ke XVI-XVII.

Beberapa jejak Portugis di Aceh dapat ditemukan di beberapa benteng peninggalan kerajaan dan kesultanan Aceh di masa lalu. Dr. Daya menyebutkan bahwa benteng-benteng di Aceh telah menjadi saksi bisu pergolakan politik di Selat Malaka dalam kurun niaga. Pada satu sisi, Kesultanan Aceh berupaya untuk mengontrol Selat Malaka. Pada sisi lain, mereka dihadapkan pada ekspansi Portugis yang telah bercokol di Malaka. Aceh melakukan invasi ke Malaka beberapa kali. Begitu pula dengan Portugis. Aceh menyadari hal itu dan membangun beberapa benteng seperti Benteng Inong Bale, Benteng Iskandar Muda, dan Benteng Indrapatra. Ia menambahkan bahwa sengketa Aceh dan Portugis tidaklah abadi. Ada kalanya mereka menjalin kerjasama (1588-1604) yang tercermin pada pendirian Benteng Kuta Lubuk.

Sementara itu Prof. Vitor dalam pengamatannya menyebutkan bahwa benteng-benteng ini letaknya strategis dan juga secara desain memungkinkan penyerangan langsung ke arah laut dan darat. Selain itu menurutnya benteng-benteng tersebut juga memiliki ciri yang khas. Sentuhan Hindu-Buddha terasa kental di beberapa benteng seperti Benteng Indrapatra, mengingat benteng tersebut juga dibangun pada masa Kerajaan Hindu Lamuri, sebelum Islam masuk ke Aceh. “Untuk struktur dan penggunaan materialnya juga sangat mengesankan. Benteng-benteng ini dibangun dengan cukup baik sehingga masih mampu berdiri kokoh hingga saat ini,’’ tambahnya. 

Jejak Portugis lain yang dapat ditemukan di Aceh adalah adanya garis keturunan Portugis yang hingga kini dapat dijumpai di Aceh. Selain melakukan pelayaran, diketahui bahwa bangsa Portugis pernah menetap di Aceh, hingga meninggalkan beberapa jejak, salah satunya adalah garis keturunan mata biru. Keturunannya sendiri bisa dijumpai di Aceh Jaya, satu-satunya wilayah di Provinsi Aceh yang paling lama diduduki oleh Portugis.

( sr/ekh )


Penulis : sr/ekh

Bagikan

Views: 566